/* Website template by freewebsitetemplates.com */ #header div div div div { height: 1%; float: right; padding-bottom: 20px; width: auto; } #header div div#section ul li a { padding: 0; } #content div.home div.section ul li { margin-top: 12px; } #content div div#account div form table tr td label input#rememberme { vertical-align: middle; } #footer div.home div div.section { height: 281px; } #footer div#navigation { margin-top: 40px; }

Kamis, 09 Juni 2011

Budidaya Belut

 Budidaya Belut

Belut, banyak orang yang jijik dan takut dengan binatang lumpur yang satu ini. Karena bentuknya yang mirip ular dan licin. Namun ternyata kandungan gizinya ternyata cukup tinggi. Seperti halnya bisnis sidat , bisnis belut menjadi primadona untuk eksport ke beberapa negara seperti Jepang, Cina, Korea Selatan dan Beberapa negara di Eropa. Namun di lain sisi budidaya belut ini belum begitu popuper sehingga pemenuhan untuk eksport masih kekurangan.


Permintaan Belut untuk negara Jepang bisa mencapai 100 ton/minggu untuk ukuran 2-3 ekor per kg. Negara lain bisa 8 ton-20 ton per minggu dengan ukuran bervariasi.
Untuk pasar lokal , permintaan belut juga cukup tinggi dengan harga antara Rp 25 ribu-Rp 30 ribu/kg dan di pasar luar negeri tentu jauh diatasnya. Ini masih belum termasuk jenis belut olahan untuk konsumsi di Eropa. Biasanya per 10 kilogram bibit nantinya bisa menghasilkan belut sekitar 1 kuintal.
Pemenuhan permintaan belut untuk berbagai pasar tersebut tidak mungkin mengandalkan penangkapan dari sawah dan rawa. Budidaya belut menjadi pilihan agar peluang pasar dapat dijadikan penghasilan bagi petani belut.

Dalam melakukan usaha budidaya belut yang penting untuk diperhatikan adalah lingkungan budidaya yang dibuat mirip dengan habitat aslinya. Selain tempat hidup, juga tersedianya makanan untuk belut-belut budidaya. Memperhatikan pola makan belut yang biasa makan pada malam hari juga penting untuk diperhatikan saat memberi makan.

Tips Budidaya Belut

Kendala yang sering dihadapi dalam bisnis budidaya belut seringkali dipicu kurangnya pengetahuan petani, teknik penyusunan media yang informasinya simpang siur dan pembuatan media yang dirasa sulit. Selain itu kurangnya ketersediaan pakan belut serta sulitnya mencari benih yang berkualitas juga bisa menjadi faktor penghambat.

Mengatasi kendala tersebut, Yohanna Endang Murdiningsih, Koordinator Paguyuban Budidaya Belut Sido Makmur Kabupaten Semarang memberikan beberapa saran untuk para pembudidaya belut pemula. Agar tidak salah informasi hendaknya para pemula untuk tidak segan-segan bertanya pada ahli atau yang sudah berpengalaman.

Selain itu perlu disiapkan pula pembuatan budidaya pakan alami/hidup seperti ternak cacing tanah, keong mas, yuyu, kodok, dll. Para pembudidaya juga harus menyiapkan bentuk kolam dengan menggunakan drum, kolam terpal, kolam tembok, kolam ikan yang tidak terpakai atau dengan sistem mina padi.
Untuk media budidaya belut, bahan baku media sangat penting dimana dibutuhkan lumpur sawah, jerami yang difermentasi dengan EM 4 serta tanaman air (eceng gondok).

Media disusun ke dalam kolam yang dikehendaki dan didiamkan dua minggu agar ’’matang’’. Soal nutrisi atau makanan, terobosan limbah jus buah dan sayuran yang difermentasi EM 4 sekitar 1-2 ember untuk ditabur ke media kolam sebelum ditebar benih belut.

’’Benih belut yang dibeli dikarantina 2 hari sebelum ditebar dan setiap hari airnya diganti, lalu diberi EM 4 sedikit, supaya sehat baru benih ditebarkan ke dalam kolam pembesaran,’’ terang Ning yang seringkali kedatangan para pemula yang ingin belajar soal belut di rumahnya Karangbendo 48 RT I/01 Karangrejo Jatingaleh ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar